Ketika Keimanan Nabi Sulaiman Di uji

March 25, 2015

Nabi sulaiman adalah putra Nabi Dawud As, raja kedua Bani Israil setelah thalut. Nabi dawud meraih popularitas dan pengakuan Bani Israil karena keberhasilannya membunuh Jalut, raja bangsa filistin yang zalim dan telah lama menjajah Bani Israil dalam waktu yang sangat lama. Kerajaannya terletak di kota Yerussalem, palestina. Dawud berhasil membangun kerajaan yang besar dan makmur, dan mewariskannya kepada putranya yang juga dipilih oleh Allah menjadi nabi-Nya.

Suatu hari Allah mengujinya, sulaiman menguasai kerajaannya lewat sebuah cicin, ketika dia kehilangan cincin itu, singgasananya ditempati oleh setan yang berubah wujud menyerupainya. Dia sempat kehilanganya kerajaan itu selama empat puluh hari dan berusah untuk menemukan kembali cincinnya yang hilang. 

Cincinnya dibuang ke laut oleh setan tersebut. Ada beberapa versi yang menyebut nama setan tersebut, shakhra, Ashir, Ashif, ada juga yang menyebutnya Hubqiq.
Sulaiman selalu melepas cincinya ketika dia akan masuk ke kamar kecil atau ketika akan berhubungan intim dengan istrinya. Saat dia melepas cincin itulah, setan mengambilnya. Sulaiman mendapatkan cincinya kembali setelah membeli seekor ikan di tepi laut. Setelah membelah perut ikan itu, sulaiman menemukan cincinnya. Saat dia kembali ke kerajaannya, pepohonan, angin, dan hewan semua bersimpuh memberi penghormatan kepadanya. 

Dia pun berdoa, sebagaimana disebutkan pada ayat yang artinya “Wahai Rabbku, ampunilah segala dosa yang terjadi antara aku dan Engkau. Anugerahi aku kerajaan yang tidak akan direbut oleh siapa pun setelah ini,”
Sulaiman adalah seorang raja yang bijaksana. Dia menggunakan kekuasaannya untuk mengajak manusia beriman kepada Allah. Salah satu kerjaan besar pada masa itu yang berhasil di ajak beriman kepada Allah adalah kerajaan Saba. Kisahnya cukup rinci diceritakan dalam beberapa ayat al-quran. 

Sulaiman memiliki bala tentara tidak hanya dari jenis manusia, tetapi juga jin dan makhluk yang lain. Di dalam al-quran , kisah kematian sulaiman, Allah jadikan bukti bahwa jin dan setan sama sekali tidak mengetahui tentang perkara gaib. Sulaiman berdiri dengan tongkatnya untuk mengawasi pembangunan Baitul Maqdis. Tidak ada yang mengetahui kematiannya, bahkan setan sekalipun. Andai saja rayap tidak memakan tongkatnya, tidak ada yang mengetahui bahwa Sulaiman telah meninggal. “Maka ketika kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib itu tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan,” (QS, Saba’ 34:14). 

Kerajaan sulaiman diwariskan dari ayahnya, Nabi Dawud, merupakan contoh bagi manusia, bahwa kerajaan yang dibangun dan dimiliki oleh seorang nabi pun tidak kekal. Semua mengikuti ketentuan yang Allah tetapkan di alam semesta. Kejayaan dan kejatuhan akan selalu bergilir antara bangsa-bangsa di dunia. Tidak ada kejayaan yang kekal, dan tidak ada kemunduran yang tidak bisa dipulihkan. Yang kekal dan abadi hanya kerajaan Allah. 

You Might Also Like

0 comments