Pulau Sabang Berdua, why not?

February 21, 2015

Sumber foto : www.travellist-tour.com
Berlibur menjadi moment yang sangat menyenangkan tentunya, apalagi menikmati liburan bersama orang terkasih. Siapa sih yang tidak merindukan masa liburan, meski cuma sebentar tetap saja moment liburan ngak  bisa disia-siakan begitu saja. Masa inilah yang kerap paling dinanti setiap orang terutama mereka yang kerja dikantoran dan anak kuliahan. Kali ini saya akan ceritakan sedikit rute perjalanan kedua ke pulau Sabang.  Pulau yang indah dan ramah penduduknya. Kunjungan kedua ini terbilang lebih nekat, menapa begitu, semasa hidup  baru inilah pertama kalinya pergi liburan bersamanya keluar pulau. kondisinya saya juga ngak ingat-ingat betul jalan disana. Ya sudahlah, untuk mewujudkan impiannya apapun akan saya lakukan. #cieelaah..

Hari rabu kami bergegas menuju ke pelabuhan Ulee Lheue, hari itu tanggal 27 Juni 2012. Sekitar pukul 11 siang  roda kapal berputar, dayung-dayung menyapu air dan menggerakkan kapal. Kami mengambil posisi duduk di samping kanan badan kapal. Tempatnya lebih dingin karena arah mataharinya berada sebelah kiri kapal yah walaupun uap dari bawah lumayan panas, tapi tak apalah bila sudah lihat keindahan didepan mata, derita pun tak pikir lagi. Menunggu tiba sampai di Sabang, rasanya terlalu sayang bila hanya duduk saja diatas kursi penumpang. Wajar saja bila banyak penumpang yang milih duduk diluar ketimbang nunggu didalam, paling keluarga yang bawa anak kecil, kan sayang kalo panas-panasan diluar. Dan juga mereka yang mabuk perjalanan (pening dan mual-mual), jadinya lebih milih pejam mata duduk di kursi. 
 
Perjalanan tanpa foto seperti mengunggat tanpa bukti, tidak ada barang bukti yang bisa diperlihatkan, siapa yang akan percaya? begitulah kira-kira :)  Foto itu penting sebagai dokumentasi, suatu saat foto akan menjadi saksi dan pengingat masa yang pernah kita alami. Untuk itu saya dokumentasikan fotonya sebagai barang bukti.

Inilah dia  my sister, her name Yuna ~,~


Seminggu ini kk saya punya waktu untuk berlibur, semenjak saya ceritakan pengalaman awal jalan ke kota Sabang bersama teman-teman  organisasi, ia berharap sekali bisa pergi ke Sabang. Ia penasaran dengan keindahan pulau dan pantainya, rasa ingin tahunya semakin memuncak setelah melihat di Sabang.

Pukul 1 lewat 45 menit kami tiba di kota Pelabuhan Sabang. Berangkat jam 11 siang berarti waktu tempuh kami ada sekitar  2 jam setengah lewat sedikit. Berhubung target libur cuma 2 hari  1 malam, jadi hari pertama kami langsung jalan-jalan ke seluruh penjuru kota sabang. 

Tiba dikota kami mampir ke salah satu warung nasi, lokasinya pas di pusat kota. Perjalanan belum selesai, jadi makan siang dulu untuk nambah stamina. Melirik waktu yang tersisa rasanya tidak memungkin untuk mengunjungi semua tempat wisata di Sabang, yah itu memang mustahil.

Apalagi setelah melihat daftar tempat Sabang yang terdiri dari lima pulau, termasuk didalamnya pulau besar dan pulau kecil. Pertama Pulau Weh sebagai pulau terbesar, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo. Sabang terbagi ke dalam dua kecamatan dan 72 desa. Dan bukan wisata bahari saja dapat ditemukan di Sabang.  Gunung, danau, pantai, laut, serta hutannya, ada banyak tempat yang harus dikunjungi. Sudah pasti tidak  mampu menjangkau semuanya dalam waktu sehari. 
Usai berkeliling ke beberapa tempat, badan mulai terasa lelah, kami pun memutuskan mencari penginapan. Untuk menikmati indahnya suasana pantai, iboih menjadi pilihan kami. Rasanya belum ke Sabang kalau ngak Iboih. Perjalanan menuju Iboih menghabiskan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari kota.

Beberapa dokumentasi foto di iboih, teupin layeun dan sumur tiga


Sebelum  sampai di Iboih kita akan melewati obyek wisata Gapang yang hanya berjarak 4 Km dari kota Sabang. Daerah ini juga mempunyai obyek wisata pasir putih yang indah. Disini juga tersedia Cottage untuk disewakan kepada pelancong, tarif sewanya permalam tergantung jenis Cottage. Suasana Gapang akan saya ceritakan nanti di part Perjalanan ketiga ke Sabang. oke!



Jam setengah 6 kami sudah tiba di Iboih, akhirnya istirahat juga,#Legaa.  Posisi tempat kami menginap pas di pinggir pantai, kebetulan hari itu pengunjungnya sedang sepi, jadinya kami bisa tempati kamar yang berhadapan langsung ke pantai. asiiik :) 

pemandangan dari teras depan kamar
Malamnya anak pemilik rumah datang menghampiri kamar kami, namanya Erna. Kami duduk berempat di teras kamar, ngobrol-ngobrol santai. Erna bersama adik ceweknya yang masih sekolah SD sangat baik dan ramah. Sore tadi kami sempat bicara tentang pantai iboih, karena keasikan ngomong alur pembicaraan pun berkembang ntah kemana-mana. Mungkin karena kami cewek dan umur erna pun sebaya, jadinya lebih cepat akrab. 

Foto kenangan bersama erna teman baruku
Esok paginya, subuh-subuh buta kami sudah bangun, rencananya sebelum berangkat ke pelabuhan mau menikmati suasana pagi dulu di pinggir pantai sambil mandangi lautan, merasakan sejuknya udara pagi dan desir ombak kecil di iboih. Tanpa terasa waktu terus berjalan, kami tidak bisa berlama-lama lagi. Selepas berpamitan  kepada  orang tua erna selaku pemilik kamar sewa, kami langsung bergegas pergi, khawatir kapal keduluan berangkat. Tak lupa pula pamit  ke teman baru  "Erna", bye bye erna.... byee iboih... 


Dipersimpangan jalan ada bunga kamboja tumbuh berjejer sepanjang trotoar, ka Yuna minta difotoin. Pantang memang liat yang indah dan cantek sikit pasti langsung minta foto. yaudah deh kita foto-foto lagi. Saya mengingatkan waktu tidak banyak lagi, dan kita harus segera sampai di pelabuhan. Oke, kita lanjutkan lagi perjalanan. Di jalan ada lagi pemandangan bagus, tampak gunung di kelilingi laut, cuaanteek bana. Kali ini saya yang minta berhenti. hehe ..

Tangan sudah gatal, ngak rela melewatkan begitu saja pemandangan indah itu, terpaksa foto-foto lagi. Sisa waktu semakin menipis.


Sesampai di Balohan pintu kapal sedang dibuka, tapi apa iya sedang dibuka kadang pun sebaliknya. Dengan sepeda motor kami mendekat ke pinggir pelabuhan melihat dari dekat, Luar biasa memang, #geleng-geleng kepala. Seperti sedang berada dalam adegan film, seakan ada yang mengambil take gambar action, kapal berangkat didepan mata, kami ditinggal pergi dan penumpang di atas kapal melongo pandangannya ke arah kami antara ekpresi kasihan dan ingin tertawa mungkin. haha  :D

Jarak kapal dengan pelabuhan sedikit lagi, bila coba melompat masih bisa dijangkau tuk naik ke atas kapal. Tapi itu di film, kalo pemainnya seorang pemuda tangguh yang pergi sendiri bukan naik motor. :D


“Dek.., dek..” terdengar suara sepertinya panggilan itu ditujukan ke kami.
"Naik kesini aja dek, masih muat ni." Ucap petugas kapal cepat. "Boleh masuk ni pak (kendaraan)?" tanyaku


"Oh ngak bisa dek, orang aja ni yang bisa." Sahut si bapak. So saya harus ninggalin honda saya gitu disini pak?? Tak ku ucap cuma dihati saja :) 


“Oh hana pue  pak, kamoe woe singgoeh manteng” (oh tidak apa-apa pak, kami pulang besok saja) jawab ku dengan bahasa Aceh.
Tak kusangka terhadap apa yang terjadi hari itu, cuma bisa senyum-senyum saja bersama ka Yuna di mushalla Balohan. Suasana sepi balohan sama sepinya perasaan kami. Ketinggalan kapal ternyata tidak hanya kami yang alami, dua keluarga lagi juga mengalami hal serupa. 



Baiklah karena sudah begini, yah nikmati saja. Berhubung kemarin tidak habis semua lokasi kami kunjungi, hari ini bisa dilanjutkan lagi. Mungkin ini jawaban untuk benar-benar berlibur di pulau Sabang. 

Setelah sarapan, kami jalan-jalan ke kota dan berhentilah di Sabang Fair. Andaikan hari libur ka Yuna di awal bulan sudah tentu kami bisa menyaksikan Sabang Sea Festival yang diselenggarakan pada tanggal 9 sampai 10 juni 2012 lalu. Untuk pertama kalinya pulau Sabang yang kaya dengan keindahan wisata lautnya, mengambil bagian dalam perayaan hari laut sedunia melalui festival laut sabang  (sabang sea festival). Sabang menjadi salah satu tempat di indonesia bersama Bandung, Bali dan Manado yang akan merayakan hari laut sedunia. 



Lokasi foto di Sabang Fair
Matahari tepat bergantung diatas kepala.  Azan zuhur telah berkumandang, kami pun  singgah ke sebuah Mesjid yang terletak di Kota Sabang yang juga merupakan mesjid besar disana. Mesjid Agung Babussalam namanya, mesjid indah  ini terletak di kota atas, bangunannya bergaya arstektur turki, itu menurut saya sih.

Ukiran  lafadz ayat alquran terukir indah dan rapi. Usai shalat kami menjajakan kaki pusat pertokoan. Banyak pernak-pernik dan baju sabang terpajang di toko. Kami pun memilih 2 baju, satu berwarna pink dan satu lagi berwarna biru. 


Bentuk Mesjid Agung Babussalam
Sekedar informasi, ada dua sebutan untuk wilayah kota sabang, karena sabang merupakan kota kecil dan memiliki struktur tanah berbukit-bukit sehingga warga setempat menyebut kota Sabang dengan dua nama yaitu kota bawah dan kota atas.



Setelah berkeliling kami memutuskan untuk kembali ke Balohan, rencananya malam ini tidur di mushalla. Biar berasa jalan-jalan, nekatkan diri sikit. Berdasarkan informasi yang kami terima, (ceilah seperti repoter saja), sebelumnya juga pernah ada penumpang ketinggalan kapal seperti kami dan tidur dalam mushalla. Jadi tak apalah untuk semalam je. Sebenarnya ini juga terpaksa, mau gimana lagi nominal di saku tak memungkinkan untuk sewa kamar.  

Malamnya kami duduk makan di warung nasi sekitar balohan, usai makan kami masih duduk di meja makan yang tersusun di luar warung. Ada dua orang wanita duduk disamping kanan meja makan kami, wanita pertama kira-kira umurnya sekitar 45 tahun dan seorang lagi ibu muda bersama seorang anak laki-laki yang masih kecil. Tingkah anaknya itu lucu sekali, saya pun latah memanggilnya.. “adeeek.., sini dek”


Ntah bagaimana, kemudian ibu paruh baya tadi bergabung duduk satu meja bersama kami. Cerita punya cerita ternyata ibu tersebut orang sekampung. Beliau sudah lama menetap di sabang, karena sudah nyaman dengan usaha berjualan  nasi, beliau pun memilih hidup di sabang. Bila hari raya dan acara besar lainnya barulah ia dan keluarga  pulang kekampung. Ia juga bercerita ada banyak orang kampung tinggal disini. Yah itu memang bukan rahasia umum lagi. Kebanyakan orang Pidie memang merantau, bila kemana-mana pasti mudah mendapati orang Pidie, terutama di pertokoan dan pasar. Coba aja tanya asal dari mana.. :D
Oke kita kembali ke judul cerita. 

Karena sudah ditanyakan, kami pun menceritakan kejadian yang kami alami, termasuk rencana tidur di mushalla namun tidak jadi karena ada keluarga yang ketinggalan kapal pagi tadi menawarkan tempat tinggal di penginapannya. Rumahnya selang dua ruko dari warung nasi ibu. Mendengar hal itu, ibu tersebut menawarkan kami tidur di rukonya. Kebetulan ada kamar kosong diatas, biasanya dipakai pegawaiannya untuk istirahat, tapi sekarang ini mereka sering bergadang nonton bola dibawah.


Jadilah kami tidur dikamar atas itu, kondisi kamarnya berbeda jauh dengan kamar sewa kami di iboih. Beralaskan lantai karpet dan tidak memiliki pintu kamar. Tak apalah, sudah ada tempat tidur malam ini saja sudah syukur sekali, meskipun tampak ngeri-ngeri sedap. Pintu jendela kami biarkan terbuka agar angin bebas masuk kedalam, cahaya lampu yang menyilaukan pun pada akhirnya kami padamkan. Suasana malam ini tidak akan pernah terlupakan. 


Akhirnya waktu pagi tiba, kami pamitan kepada ibu yang sudah berbaik hati memberi tumpangan malam itu. langit diluar masih gelap beliau sudah berada didapur bersama putrinya memanaskan makanan. Terimakasih bu, ketika sudah begini rasanya bersyukur juga ketinggalan kapal, jadinya bertemu banyak saudara di sabang. 

 
suasana pagi hari di pelabuhan Balohan

Tidak seperti kemarin, hari ini kami paling awal tiba di pelabuhan balohan. Tak lama cahayaa matahari semakin terang, orang-orang pun mulai memadati pelabuhan. Kali ini saya berada di deratan motor paling depan. Satu persatu kendaraan memasuki badan kapal, kini giliran mio soul yang telah setia menemani perjalanan kami memasuki gerbang pintu kapal, hanya melalui  gerbang inilah saya bisa kembali ke rumah, bukan dengan pintu kemana saja.

Mengabadikan foto bersama saat perjalanan kembali ke Banda Aceh
Alhamdulillah sekarang kami berdiri diatas kapal, tidak lagi kejar-kejaran dengan waktu. Ketika melihat kebawah saya ngebayangi posisi kami kemarin yang duduk diatas honda menangah ke posisi kami sekarang. Sayangnya kami, namun drama itu kini telah berakhir. 2 hari  2 malam di sabang telah menyisakan banyak sekali kejadian seru dan hal-hal tak terduga yang saya alami bersama ka Yuna. Ini pula  perjalanan ‎ terakhir berlibur bersamanya sebelum  ia memutuskan untuk  meninggalkan masa lajangnya. 

Suasana penumpang duduk di lantai atas kapal
Begitulah cerita saya berkelana di pulau sabang bersama sang kakak, jangan khawatir bila mengalami hal serupa seperti yang kami alami. Berinteraksi dengan masyarakat setempat akan memberikan pengalaman yang berkesan dan menambah saudara baru. Sampai jumpa lagi sabang ~,~













You Might Also Like

0 comments