Menulis Di Atas Pasir
April 22, 2016sumber foto : pastipastibisa.wordpress.com |
Tulisan ini bukanlah tulisan saya, karena isinya sarat dengan makna, ingin rasanya berbagi cerita ini dengan anda.
*** ALKISAH dua orang sahabat karib sedang melakukan perjalanan. Mereka berjalan melintasi gurun pasir. Tiba-tiba terjadi sebuah pertengkaran pada keduanya. Salah satu sahabat tak dapat menahan amarahnya sehingga sampai menampar sahabatnya sendiri dan tak ada yang melerainya.
*** ALKISAH dua orang sahabat karib sedang melakukan perjalanan. Mereka berjalan melintasi gurun pasir. Tiba-tiba terjadi sebuah pertengkaran pada keduanya. Salah satu sahabat tak dapat menahan amarahnya sehingga sampai menampar sahabatnya sendiri dan tak ada yang melerainya.
Namun sahabat yang tertampar pun tak membalas mau pun berkata
apa-apa, meski pipi terasa sakit sampai ke dalam hati. Lalu ia
menuliskan sesuatu di atas pasir, “HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR
PIPIKU.”
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya lagi. Mereka menemukan
sebuah oasis, dan memutuskan untuk mandi agar dapat mengobati rasa capai
dan dahaga. Terlebih sakit yang dirasakan dari tamparan seorang
sahabat, agar segera terobati.
Namun apa yang terjadi, oasis tersebut cukup dalam. Dan sahabat yang
telah tertampar tadi nyaris tenggelam tidak dapat berenang, sehingga
sahabatnya bergegas untuk menyelamatkannya. Ketika ia mulai siuman dan
rasa takut itu mulai menghilang, ia lalu mengukir kata diatas sebuah
batu “HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU TELAH MENYELAMATKAN NYAWAKU.”
Lalu si penolong yang juga pernah menampar sahabatnya bertanya,
“Kenapa setelah aku melukaimu, kau menulisnya di atas pasir. Sedangkan
sekarang kau mengukirkannya di atas batu?”
Dan sahabatnya pun tersenyum dan menjawab, “Jika seorang sahabat
telah melukai kita maka kita harus menulisnya di atas pasir, agar
kesalahan tersebut akan cepat terhapus dengan hembusan angin. Dan jika
sahabat telah berbuat kebajikan sekecil apa pun terhadap kita, maka
haruslah kita ukirkan di atas batu hati kita agar tetap terkenang tidak
hilang oleh waktu.”
Inilah gambaran yang sering kita temui dalam kehidupan kita, bertemu
sebuah konflik atau sudut pandang yang berbeda. Mari kita luapakan
masalah atau pun kesalahan-kesalahan saudara mau pun sahabat kita.
Mari belajar “Menulis Di Atas Pasir”.
Eko Warsiyanto, Owner at Rumah Terapi Ath-Thibun Nabawi
3 comments
Di tampar itu kan sakit banget, palagi kalo di tampar pacar hehehe
ReplyDeleteheheee sakit bingit maztoro
DeleteLuarbiasa, pembelajaran dari cerita di atas.,! Terima kasih sudah berbagi!
ReplyDelete