Beranda

  • Beranda

Zuhra Asra | Lovid this life

    • Home
    • Traveling
    • Lifestyle
    • Culinary
    • Health
    • Kuah Pliek U
    • Review

    Tahukah kalian tanggal 2 Mei memperingati hari apa?

    Tentu saja bukan hari kelahiran saya apalagi hari kelahiran pacar, #eh, emang punya??. *hening 
    Tanggal 2 Mei pada kelendernya orang Indonesia ditetapkan oleh Presiden RI tahun 1959 sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal itu merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, beliau salah seorang yang berjasa dalam membangun pendidikan di Indonesia. Berkat jasa dan perannya yang begitu besar untuk kemajuan pendidikan Indonesia, diabadikanlah hari kelahirannya menjadi Hardiknas dan Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.

    Para relawan siap berangkat menuju lokasi
    Diskusi kecil-kecilan selama dalam perjalanan
    Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, saya beserta teman-teman yang tergabung dalam gerakan Turun Tangan Aceh berinsiatif menyelenggarakan hardiknas disekolah pelosok. Terpilihlah satu sekolah yang berada di Gunung Paro, Lhoong, Aceh Besar yang berada di sekitaran kaki Gunung Kulu. Jarak tempuh untuk sampai kesana menghabiskan waktu 1 setengah jam lebih dari kota Banda Aceh.



    Usai terkumpul semua para relawan di perkarangan PKA (Pekan Kebudayaan Aceh), kami bergegas berangkat dengan menggunakan 2 mobil Pack-up, 1 Kijang Inova dan 4 Sepeda Motor. Semua mobil terisi penuh, Barang bawaan relawan pun tak  kalah banyaknya dengan jumlah 43 orang relawan yang ikut. Kondisi dalam mobil berdesak-desakan sangking padatnya muatan, syukurnya mobil terbuka. Disinilah salah satu bagian keseruannya.

    Langit mulai berubah warna biru gelap, terbentang lebar diatas kepala. Suara azan mulai bergema, waktu shalat magrib telah tiba. Mobil terus melaju melewati perpohonan besar dan melintasi jalan yang berkelok-kelok. pukul 18.58 kami tiba di SD 1 Cot Jeumpa. Setiba disana, kamar mandi adalah paling utama yang kami cari.  Sedikit kecewa ketika melihat bak kamar mandi dalam keadaan kosong. Waktu magrib sangat singkat,  kami pun mencari tempat lain yang bisa digunakan untuk berwudhu. Berdasarkan informasi warga setempat, ada mushalla selang satu rumah dari sekolah namun si bapak menyarankan kami agar shalat di mushalla yang berada didepan lagi, sebab mushalla itu sudah lama tidak digunakan. Kami pun patuh saja dengan saran si bapak, kami lanjuts berjalan mencari mushalla. Ternyata jaraknya lumayan jauh, ada sekitar 50 meter. Setelah berlari-lari kecil yang terlihat hanyalah balai pengajian, ada belasan anak sedang mengaji diatas balai. Melihat keadaan sepertinya tidak memungkinkan untuk shalat disana. Kami pun menumpang shalat di warung nasi seberang jalan. Syukurnya pemilik warung sangat baik, ia langsung mempersilahkan kami menggunakan tempat shalat. 
     
    suasana dalam mobil ketika langit mulai gelap
    Baterai tenaga mulai melemah, namun semangat para relawan mampu mensuplai energi kembali. Tim konsumsi langsung mengambil posisi didapur darurat. Makan malam akan segera dihidangkan. sementara relawan yang lain sibuk mempersiapkan bahan belajar serta perlengkapan untuk besok. Makan malam kini siap disantap, kami makan bersama duduk lesehan di emperan sekolah. Ada yang makan sepiring berdua dan adapula yang makan dua piring seorang..  (dua kali tamboh maksudnya).





    Usai makan, kami briefing sejenak membahas persiapan acara  besok pagi. Tidak terasa arah jarum jam menunjukkan pukul 12 malam. Menimbang dan mengingat stok tenaga harus banyak untuk besok , kami pun kembali ke camp masing-masing. Malam itu menjadi malam yang panjang, semakin larut malam pasukan pengisap darah semakin ramai berdemontrasi, tiada henti-hentinya. Selimut pun tidak mampu menghalangi moncong mulutnya menusuk kulit. Diantara posisi relawan wanita yang sudah terlelap dalam mimpinya masih ada seorang terduduk di dekat lemari buku, meringgis tidak bisa tidur. Yang sudah tidur pun juga masih ada yang bergerak-gerak, jumlah nyamuk memang luar biasa malam itu. 
     
    Seketika terdengar suara hujan turun di atas genteng, butiran hujan memandu pendengaran hingga mata terpejam, amukan nyamuk pun tak terpedulikan lagi. Paginya lapangan upacara dipenuhi genangan air hujan. Namun para relawan tidak kehabisan akal, dengan segala upaya dan cara, air dilapangan diangkut dan dibuang ke selokan. Satu persatu murid mulai berdatangan, kami masih saja menggeringkan lapangan upacara. Kini air kuning kecoklatan tersisa sedikit, lapangan upacara siap digunakan.




    Murid mulai berbaris, pasukan penggiring bendera berserta anggota upacara lainnya sudah siap dan tim paduan suara relawan turun tangan juga sudah ready untuk memulai upacara. Peserta upacara diisi oleh sekelompok murid TK berseragam olahraga warna pink lalu murid SD berpakai pramuka, dan merah putih seragam para relawan Turun Tangan. Perpaduan warna pink,coklat muda,coklat tua dan merah putih mewarnai lapangan upacara. 


    Pengibaran dilakukan oleh Relawan Turun Tangan Aceh

    Sabtu, 2 Mei 2015 pengibaran bendera berlangsung di sekolah ini. Inilah pelaksanaan upacara hardiknas pertama kalinya diadakan di SD 1 Cot Jeumpa. Hari ini akan menjadi moment yang tidak pernah terlupakan, upacara bendera mengingatkan masa-masa ketika masih memakai seragam sekolah, berbaris bersama teman-teman kelas dibawah terik matahari, tak jarang ada yang tumbang kemudian dilarikan ke ruang UKS, dan ada pula yang berulah di barisan. Kenangan itu muncul seketika dari dalam memori kepala.

    Upacara telah selesai, kini saatnya tim pengajar memasuki kelas sesuai random. Keahlian para relawan terpancar saat mereka berada dalam kelas, kelihaian bicara dan gaya pengajar membuat murid-murid betah dan tertawa riang. Semua murid diajarkan materi tentang lingkungan, kesehatan, kreativitas dan pengenalan cita-cita. Kecuali kelas 1 hanya belajar kreativitas dan kesehatan. Menjadi seorang guru ternyata tidaklah mudah, guru harus mampu menjadi figur yang sempurna untuk murid. Harus tetap senyum dikelas walaupun hati gelisah, diliputi banyak masalah, galau dan sebagainya. Harus bisa semampunya menekan aura negatif dari diri sendiri. Beban moralnya menyangkut orang banyak dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Menjadi guru memang pekerjaan luar biasa. Itulah yang ku lihat, kagum pada mereka (tim relawan mengajar).

    Ada sekitar 80 orang murid di sekolah ini dengan 7 orang guru termasuk kepala sekolah di dalamnya. Bapak Junaidi selaku kepala sekolah menjadi satu-satunya lelaki di sekolah ini, yang lain semuanya guru perempuan. Sekolah ini tergolong sekolah yang bagus, bangunan dan perangkat belajarnya dalam keadaan baik. Sekolah ini juga memiliki ruang pustaka yang cukup luas untuk tingkat sekolah SD. 

    Namun kondisi murid yang bersekolah di SD ini tidak selayak sekolahnya, bukan prestasi dan akhlak mereka melainkan penampilan mereka. Ada dua orang murid yang kami temui menggenakan sepatu dalam kondisi sudah sangat parah, parahnya koyakkan sampai empat jari-jari kaki tampak keluar, dan ada juga yang belum memiliki seragam pramuka. Bila dalam barisan paling menonjol sebab hanya dua orang yang mengenakan seragam putih, satu murid laki-laki dan satu murid perempuan.

    Kita kembali ke sekolah, waktu siang telah tiba. Semua murid telah menyediakan persiapan untuk tidak pulang hingga kegiatan selesai, mereka membawa perlengkapan sholat, bekal siang dan segala keperluan lainnya. Usai makan siang, seluruh murid shalat berjamaah di balai pengajian, terpaksa berjalan jauh sebab hanya itu satu-satunya tempat yang bisa digunakan. 

    Jam 3 seluruh murid berada dalam kelas, lomba mengambar telah dimulai. Ruang kelas lumayan luas, jadi kami hanya membagi menjadi dua kelas menggambar. Masa penantian telah berakhir, pengumuman pemenang sudah disebutkan. Terpilihlah 3 juara dan 1 juara favorit dari setiap kelas. Semua hadiah diberikan kepada 8 orang murid yang menggambar dengan nilai tertinggi.  Ada penambahan satu hadiah spesial yang dipersiapkan oleh mahasiswa UNIMAL (Universitas Malikussaleh) yang datang jauh dari Lhokseumawe untuk berbagi. Salah seorang dari mereka, Heru namanya mewakili 2 orang temannya menyerahkan hadiah spesial ini kepada Mujibul. Mujibul terpilih sebab ia bertindak sebagai imum shalat berjamaah ketika shalat zuhur. Tepuk tangan semua orang yang menyaksikannya menyemarakkan penyerahan hadiah tersebut. 

    Pembagian surat motivasi menjadi penutup acara sore itu, surat motivasi ini ditulis oleh para relawan turun tangan, murid-murid MIN Mesjid Raya juga ikut serta menulis surat untuk anak-anak SD Cot Jeumpa, dan surat motivasi ini juga dituliskan oleh para relawan yang mengali ilmu dan bekerja diluar Aceh, bahkan ada dari luar negeri, seperti Amerika dan Jepang. 

    Ramai sekali yang antusias, mereka yang tidak bisa hadir pun ikut menyumbangkan bantuan dana.  Kegiatan peduli pendidikan adalah konstribusi terbaik yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan masalah pendidikan yang belum terbenahi dengan langsung turun ke lapangan. Sebagai bukti aksi nyata, Peduli pendidikan telah digerakkan lebih dulu seperti yang dilakukan Rumah Aceh dan TPMT  Lamirah. Inilah harapan bahwa di Nanggroe Aceh ini masih ada orang yang peka dan mau peduli pada sesama.

    Saya teringat kata-kata Joserizal jurnalis, pak dokter sekaligus salah satu pendiri Medical Emergency Rescue Comitte (MER-C), Lembaga sosial yang aktif dalam misi kemanusiaan. Ia berkata “ Orang yang diberikan amanah berupa kecerdasan atau kemampuan lain, jangan hanya digunakan untuk diri pribadi dan keluarga saja. Karena mereka lebih beruntung, harus dimanfaatkan ke orang yang tidak beruntung”. 

    Akhirnya, benarlah pepatah bijak bahasa latin untuk kata terakhir tulisan ini, VEBRA DOCENT SED EXEMPLA TRAHUNT (kata-kata itu mengajar tetapi contoh dan teladan itu berdaya menyakinkan dan meneguhkan untuk kehidupan).


    Foto bersama Kepala sekolah, para guru, murid dan seluruh relawan TUTA Aceh

    Continue Reading

    Foto by Andrie

    Perjalanan ini terasa hambar  tanpa dokumentasi dan nyaris kosong bila tidak menuliskannya. Ibarat topples kosong yang tidak menyisakan sepotong kue pun, tidak ada yang tahu kue apa sebelumnya yang mengisi topples. Begitu pun perjalanan ini, tidak akan ada yang tahu apa dan bagaimana suasana hari itu, tidak ada yang bisa dilihat dan dibaca. Ada banyak cerita yang bisa dikisahkan setiap kali berpergian/mengunjungi suatu tempat, baik ketika sedang bersama teman-teman komunitas maupun ketika ku berpergian sendiri. Namun tak pernah sekalipun ku menggerakkan tangan ini untuk menuliskannya segera. Padahal tadinya punya segepok cerita yang ingin dituliskan. Tapi, lagi-lagi hasratku menulis memudar, waktu menawarkan hari esok dan esok, terus mengulur-ulur waktu. Dan pada akhirnya hilang tidak berbekas. Kebiasaan buruk yang harus disingkirkan. 

    Kini ku tetapkan tekad untuk menulis. Menyampaikan apa yang ingin ku sampaikan, memperlihatkan apa yang aku lihat, dan memberitahukan apa yang sepatutnya diketahui.

    Sore jumat, saat itu bersama relawan Turun Tangan Aceh sedang dalam perjalanan Banda Aceh – Aceh Besar. Tepatnya dari Banda Aceh menuju Lhoong, Aceh Besar yang berada di sekitaran kaki Gunung Kulu. Lintasan jalan ke arah Geureute. Hari itu tanggal 1 Mei, tujuan kami ke SDN 1 Cot Jeumpa. Demi menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei besok, kami berusaha menyusun rencana untuk membangkitkan hari pendidikan bersama anak-anak sekolah pedalaman yang jauh dari hiruk pikuk keramaian.

    Pukul 18.58 tepat waktunya shalat magrib kami tiba di sekolah. Belum pun pagi tiba aku sudah membayangkan kelangsungan upacara besok pagi dilapangan sekolah ini. Bayangan upacara bersama puluhan anak SD 1 Cot Jeumpa itu kini terjadi sudah. Acara sebenarnya barulah dimulai, para relawan berbaur bersama anak-anak mulai dari murid kelas 1 sampai kelas 6 SD. Semua relawan mengambil bagian masing-masing, ada yang mengisi kelas cita-cita, kelas peduli lingkungan, kelas kesehatan dan kelas kreativitas. 

    Interaksi ini yang mempertemukan kami dengan salah seorang anak yang cukup menyilukan hati ketika melihatnya. Kelincahan dan keaktifannya bergerak dikelas dan berlari-lari di halaman sekolah, seakan tidak percaya pada alas kaki yang dikenakannya. kami tidak menyangka ia bisa seluasa itu bergerak dengan sepatunya yang koyak. Koyaknya pun bukanlah koyak biasa, koyakkannya sudah seperti dibelah. Sepasang sepatunya telah koyak di sisi kanan sepatu kiri dan sisi kiri sepatu kanan. Koyakkannya yang begitu besar sangat mudah sekali terlihat oleh mata siapapun yang memandangnya. 
    Foto by Teguh
    Dudun si bocah kecil sang pemilik sepatu sekarang duduk di kelas 3 SD, layaknya sikap anak-anak seumurannya yang suka bermain, dudun pun sangat aktif. Beberapa pengajar sampai kewalahan dibuatnya, namun kepolosan dan candanya membuat kami ingin tertawa. Ia anak yang baik, ia juga anak yang pintar. Saat perlombaan menggambar ia terpilih sebagai juara 3. Tentu saja tidak sembarangan anak yang terpilih, hanya gambar yang memiliki nilai seni yang tinggilah yang memenangkannya. Kondisi Dudun menjadi petunjuk bagi kami untuk melirik kepada murid yang lain. Selain dirinya ternyata ada seorang lagi yang memiliki nasib sepatu seperti Dudun, namun sepatu bocah yang juga duduk di kelas 3 ini tidak separah sepatu yang dimiliki Dudun. 

    Namanya Muhammad Sitqi, ia anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya juga bersekolah di sekolah yang sama, tingkatan kelas kakaknya selisih dua kelas diatasnya.  Jarak rumah Sitqi tidak jauh dari sekolah, rumahnya cukup sederhana, berukuran 4x4 dengan  2 ruang kamar, di dinding ruang tamu bergantung jala ikan dan terurai panjang sampai kelantai, lantainya beralaskan semen namun semennya tidak lagi rata, beberapa sudut terdapat retakkan dan retakkan itu sampai menggelupas bagian semen paling atas. Pekerjaan ayah Sitqi sepertinya melaut, warna kulit ayah Sitqi semakin memperkuat dugaan ku. Berbeda dengan Dudun, sikap Sitqi jauh lebih tenang dan banyak diam. Ia hanya berbicara ketika ditanyakan. 

    Bagi sebagian orang tua membelikan sepatu dan kebutuhan sekolah lainnya bukanlah persoalan. Melihat anak-anak mau sekolah saja sudah membuat orang tua senang, segala yang diperlukan pun sebisa mungkin dipenuhi. Bahkan tidak cukup sekali beli, setiap naik kelas hampir semuanya serba baru, tas, sepatu, baju, buku selalu berganti. Padahal barang lama masih layak dipakai. Berbeda sekali dengan kehidupan orang yang tidak punya, bila sudah benar-benar tidak bisa dipakai lagi barulah diganti dengan yang baru. 

    Namun hari ini kami melihat. Kondisi sepatu yang benar-benar tidak layak pakai lagi pun masih ada yang memakainya. Alas sepatu dalamnya sudah tidak ada lagi, hanya kaos kaki yang menjadi penghalang bertemunya antara kulit kaki dengan tapak sepatu yang berlubang-lubang dan keras. Bagaimanakah sakitnya?  Adakah ia mengeluh?  pernahkah ia menangis? Mungkin,  rasa sakitnya pun tidak terasa lagi, kulit sudah kebal karena sudah terlalu sering dipakai.

    Sitqi bukanlah anak yang lemah dan malas. Meskipun kondisi kehidupan keluarganya dalam keadaan kurang mampu tidak berarti ia menguburkan cita-citanya. Ia juga berhak memiliki harapan sama  seperti harapan anak-anak lainnya yang bisa sekolah dan sukses. Ia anak yang beruntung karena memiliki orang tua yang masih memikirkan masa depannya. Keterbatasan dan himpitan keuangan keluargannya pasti terasa begitu berat membiayai sekolah kedua anaknya, menggantikan sepatu koyak dengan sepatu baru pastilah harapan orang tua Sitqi yang ingin dihadiahkan kepadanya. 

    Semoga rezeki dan kemudahan selalu dilimpahkan kepada keluarga yang menyekolahkan anak-anaknya dan kepada orang tua yang mendidik anaknya dengan baik. Bulan Desember nanti usia Sitqi genap 10 tahun, ia bercita-cita menjadi seorang Dokter. Akupun tidak punya kesempatan menanyakan mengapa ia ingin menjadi Dokter. 

    Ini hanya sebagian kecil potret kehidupan anak bangsa yang memilukan jiwa. Ditempat lain bahkan ada anak murid yang sekolah beralaskan kaki.  Dan adapula yang belum pernah mengenyam pendidikan di sekolah sama sekali. Inilah kondisi pendidikan negeri ini, masih perlu banyak perbaikan dan butuh uluran tangan masyarakatnya. 

    Andai saja uang rakyat tidak dikorupsi, andai saja semua orang kaya dermawan, dan andai saja semua orang saling peduli. Negeri ini pasti bisa lebih baik dari ini. 

    TETAP OPTIMIS!!!


    Continue Reading


    Pernah suatu hari ketika sedang duduk sembari membaca buku, sahabat saya bertanya, “Kamu paksakan diri ya tuk membaca atau memang benar-benar suka membaca?” “Ya, Aku paksakan diri tuk membaca, supaya baca ya harus dipaksakan sedikit”, jawabku.  pertanyaan itu muncul mungkin selama ini ia jarang melihat saya membaca, tiba-tiba belakangan justru sering membuka buku. Membaca pun tidak tampak seperti orang yang benar-benar suka membaca, kadang baca kadang tidak. Ya mungkin karena itu ia bertanya ‘karena suka atau karena dipaksakan’, pertanyaan yang membuat saya tersenyum-senyum sendiri bila mengingatnya. 
    Ada pepatah yang mengatakan pekerjaan yang dipaksakan tidak akan membuahkan hasil yang baik, namun bagi saya pepatah ini tidak berlaku pada konteks ini. Orang yang terlatih, disiplin tentu ia juga bermula dari memaksakan diri agar mampu mengerjakannya. tentu semua yang terjadi tidak tercipta dengan mudah tanpa ada perdebatan  dalam dirinya.  Begitu pula apa yang saya lakukan, jika saya tidak memaksakan diri membaca, sudah pasti saya tidak tau apa-apa dan begitu-begitu saja, stand in place.  Meskipun terkadang apa yang dipelajari dan dibaca sedikit sekali menempel di dinding kepala. Tapi tetap, harus baca dan membaca, karena membaca akan membuka pintu hati dan pintu cakrawala dunia.
    Betapa dasyhatnya manfaat membaca, bahkan ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dikala itu adalah iqra yang berarti  baca. Allah mengutuskan malaikat Jibril untuk menjumpai  Nabi dan mengajarkan Nabi untuk membaca. Dari membacalah kita mengetahui betapa indahnya isi yang terkandung dalam Al-quran, dari membaca kita bisa membedakan perkataan yang baik dan buruk, dari membaca kita menyadari betapa besarnya kuasa Allah kepada kita selama ini.
    Tidak ada yang sia-sia jika semuanya diniatkan untuk tujuan yang baik, Saya cukup mengingat kalimat yang ini “Apa yang kita pelajari hari ini mungkin tidak berguna lagi pada hari esok. Tetapi jika kita tidak belajar hari ini sudah tentu kita akan menjadi manusia yang sebodoh-bodohnya pada hari esok”. 
    Tak jarang pula ada orang yang mengetes bertanya ini itu terkait topik apa saja, yah mungkin ia penasaran dan ingin tahu. Tapi tak apa justru dengan begitu semakin banyak yang ingin saya pelajari dan belajar memahami lebih baik lagi.  Adapun saya membaca, sebab banyak yang tidak saya ketahui, karena itu saya membaca untuk mencari tahu agar menjadi tahu (paham). 
    Membaca adalah satu aktivitas yang memiliki segudang manfaat. Sedikitnya ada 4 manfaat yang dapat saya uraikan.
    1.       Melatih kemampuan berpikir

    Otak ibarat sebuah pedang, semakin diasah akan semakin tajam. Kebalikannya jika tidak diasah, juga akan tumpul. Apakah alat yang efektif untuk mengasah otak? jawabannya adalah membaca. Menurut Astri Novia (2010) pilihlah satu jenis buku yang Anda sukai, apakah literature klasik, fiksi ilmiah, atau buku pengembangan diri. Dengan cara ini otak akan bertambah kuat. Bacalah buku sebanyak mungkin. Menurut para ahli, keuntungan dari membaca buku dapat memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak kita. Membaca juga membantu meningkatkan keahlian kognitif dan meningkatkan perbendaharaan kosakata.
    2.       Meningkatkan Pemahaman

    Contoh nyata dari manfaat ini banyak dirasakan oleh siswa maupun mahasiswa. Di mana membaca dapat meningkatkan pemahaman dan memori, yang semula tidak mereka mengerti menjadi lebih jelas setalah membaca. Logika sederhana saja, tidak mungkin siswa atau mahasiswa memahami materi pelajaran/kuliah kalau mereka tidak membaca. Dari sini jelas bahwa membaca sangat berperan dalam membantu seseorang untuk meningkatkan pemahamannya terhadap suatu bahan/materi yang dipelajari.
    3.       Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

    Manfaat yang satu ini mungkin sudah sering kita dengar semenjak kita masih kecil. Kita pasti ingat berapa kali guru-guru kita mengingatkan bahwa membaca adalah satu sarana untuk membuka cakrawala dunia. Dengan memiliki banyak wawasan dan ilmu pengetahuan, kita akan lebih percaya diri dalam menatap dunia. Mampu menyesuaikan diri dalam berbagai pergaulan dan tetap bisa servive dalam menghadapi gejolak zaman.
    4.       Mengasah kemampuan menulis

    Selain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, memebaca juga bisa mengasah kemampuan menulis Anda. Selain karena wawasan Anda untuk bahan menulis semakin luas, Anda juga bisa mempelajari gaya-gaya menulis orang lain dengan membaca tulisannya. Lewat membaca Anda bisa mendapatkan kekayaan ide yang melimpah untuk menulis.

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me

    Tak ada kata terlambat untuk belajar, tak ada kata terlambat untuk berbuat baik, tidak ada kata terlambat untuk berubah

    [ Contact ]
    mynamedora25@gmail.com

    Google Facebook Twitter Instagram

    Popular Posts

    • Waspadai lipstik Bermerek tapi kw dan inilah ciri-cirinya
    • Bercermin dari Metamorfosis Kupu-kupu
    • Sejarah Masjid dan Tongkat Po Teumeureuhom di Pidie
    • Sepiring mie china, kuliner nikmat cuma tujuh ribu
    • Nostalgia Bersama Pelajaran IPA SD

    Arsip Blog

    • ►  2018 (2)
      • ►  September 2018 (1)
      • ►  April 2018 (1)
    • ►  2017 (11)
      • ►  October 2017 (2)
      • ►  September 2017 (1)
      • ►  April 2017 (5)
      • ►  March 2017 (1)
      • ►  February 2017 (1)
      • ►  January 2017 (1)
    • ►  2016 (3)
      • ►  April 2016 (1)
      • ►  January 2016 (2)
    • ▼  2015 (30)
      • ►  November 2015 (2)
      • ►  October 2015 (2)
      • ►  September 2015 (4)
      • ►  August 2015 (2)
      • ►  July 2015 (2)
      • ►  June 2015 (1)
      • ▼  May 2015 (3)
        • Pelaksanaan HARDIKNAS Pertama oleh Relawan Turun T...
        • Sepatu Baru Untuk Mereka
        • Haruskah Memaksa Diri Membaca?
      • ►  March 2015 (5)
      • ►  February 2015 (3)
      • ►  January 2015 (6)
    • ►  2014 (9)
      • ►  May 2014 (1)
      • ►  April 2014 (8)

    Sahabat Blog

    Member of Agam Inong Blogger

    Member of Blogger Perempuan

    Member of Blogger Perempuan

    Aceh Blogger

    Waktu adalah Ibadah

    facebook Twitter instagram pinterest google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top