Sumber foto : www.travellist-tour.com |
Berlibur menjadi moment
yang sangat menyenangkan tentunya, apalagi menikmati liburan bersama orang
terkasih. Siapa sih yang tidak merindukan masa liburan, meski cuma sebentar
tetap saja moment liburan ngak bisa
disia-siakan begitu saja. Masa inilah yang kerap paling dinanti setiap orang
terutama mereka yang kerja dikantoran dan anak kuliahan. Kali ini saya akan ceritakan sedikit rute perjalanan kedua ke pulau Sabang. Pulau yang indah dan ramah penduduknya.
Kunjungan kedua ini terbilang lebih nekat, menapa begitu, semasa hidup baru inilah pertama kalinya pergi liburan
bersamanya keluar pulau. kondisinya saya juga ngak ingat-ingat betul jalan
disana. Ya sudahlah, untuk mewujudkan impiannya apapun akan saya lakukan. #cieelaah..
Hari rabu kami bergegas
menuju ke pelabuhan Ulee Lheue, hari itu tanggal 27 Juni 2012. Sekitar pukul 11
siang roda kapal berputar, dayung-dayung menyapu air dan menggerakkan kapal. Kami mengambil posisi duduk di
samping kanan badan kapal. Tempatnya lebih dingin karena arah mataharinya
berada sebelah kiri kapal yah walaupun uap dari bawah lumayan panas, tapi tak
apalah bila sudah lihat keindahan didepan mata, derita pun tak pikir lagi. Menunggu
tiba sampai di Sabang, rasanya terlalu sayang bila hanya duduk saja diatas
kursi penumpang. Wajar saja bila banyak
penumpang yang milih duduk diluar ketimbang nunggu didalam, paling keluarga
yang bawa anak kecil, kan sayang kalo panas-panasan diluar. Dan juga mereka yang
mabuk perjalanan (pening dan mual-mual), jadinya lebih milih pejam mata duduk di
kursi.
Perjalanan
tanpa foto seperti mengunggat tanpa bukti, tidak ada barang bukti yang bisa
diperlihatkan, siapa yang akan percaya? begitulah kira-kira :) Foto itu penting sebagai dokumentasi, suatu
saat foto akan menjadi saksi dan pengingat masa yang pernah kita alami. Untuk
itu saya dokumentasikan fotonya sebagai barang bukti.
Inilah dia
my sister, her name Yuna ~,~
Seminggu ini kk saya
punya waktu untuk berlibur, semenjak saya ceritakan pengalaman awal jalan ke
kota Sabang bersama teman-teman organisasi, ia berharap sekali bisa
pergi ke Sabang. Ia penasaran dengan keindahan pulau dan pantainya, rasa ingin tahunya semakin memuncak setelah melihat di Sabang.
Pukul
1 lewat 45 menit kami tiba di kota Pelabuhan Sabang. Berangkat jam 11 siang
berarti waktu tempuh kami ada sekitar 2
jam setengah lewat sedikit. Berhubung target libur cuma 2 hari 1 malam, jadi hari pertama kami langsung
jalan-jalan ke seluruh penjuru kota sabang.
Tiba dikota kami mampir ke salah
satu warung nasi, lokasinya pas di pusat kota. Perjalanan belum
selesai, jadi makan siang dulu untuk nambah stamina. Melirik waktu yang tersisa
rasanya tidak memungkin untuk mengunjungi semua tempat wisata di
Sabang, yah itu memang mustahil.
Apalagi setelah melihat daftar tempat Sabang yang terdiri dari lima pulau, termasuk didalamnya pulau besar dan pulau kecil. Pertama Pulau Weh sebagai
pulau terbesar, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau
Rondo. Sabang terbagi ke dalam
dua kecamatan dan 72 desa. Dan bukan wisata bahari saja dapat ditemukan di Sabang. Gunung, danau,
pantai, laut, serta hutannya, ada banyak tempat yang harus dikunjungi. Sudah pasti tidak mampu menjangkau semuanya dalam waktu sehari.
Usai berkeliling ke
beberapa tempat, badan mulai terasa lelah, kami pun memutuskan mencari
penginapan. Untuk menikmati indahnya suasana pantai, iboih menjadi pilihan
kami. Rasanya belum ke Sabang kalau ngak Iboih. Perjalanan menuju Iboih
menghabiskan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari kota.
Beberapa dokumentasi foto di iboih, teupin layeun dan sumur tiga |
Sebelum sampai di
Iboih kita akan melewati obyek wisata Gapang
yang hanya berjarak 4 Km dari kota Sabang. Daerah ini juga mempunyai
obyek wisata pasir putih yang indah. Disini juga tersedia Cottage untuk disewakan
kepada pelancong, tarif sewanya permalam tergantung jenis Cottage. Suasana Gapang
akan saya ceritakan nanti di part Perjalanan ketiga ke Sabang. oke!
Jam setengah 6 kami
sudah tiba di Iboih, akhirnya istirahat juga,#Legaa. Posisi tempat kami menginap pas di pinggir
pantai, kebetulan hari itu pengunjungnya sedang sepi, jadinya
kami bisa tempati kamar yang berhadapan langsung ke pantai. asiiik :)
pemandangan dari teras depan kamar |
Malamnya anak pemilik rumah datang menghampiri
kamar kami, namanya Erna. Kami duduk berempat di teras kamar, ngobrol-ngobrol
santai. Erna bersama adik ceweknya yang masih sekolah SD sangat baik dan ramah.
Sore tadi kami sempat bicara tentang pantai iboih, karena keasikan ngomong alur
pembicaraan pun berkembang ntah kemana-mana. Mungkin karena kami cewek dan umur erna
pun sebaya, jadinya lebih cepat akrab.
Foto kenangan bersama erna teman baruku |
Esok paginya, subuh-subuh buta kami sudah bangun,
rencananya sebelum berangkat ke pelabuhan mau menikmati suasana pagi dulu di
pinggir pantai sambil mandangi lautan, merasakan sejuknya udara pagi dan desir
ombak kecil di iboih. Tanpa terasa waktu terus berjalan, kami tidak bisa
berlama-lama lagi. Selepas berpamitan
kepada orang tua erna selaku
pemilik kamar sewa, kami langsung bergegas pergi, khawatir kapal keduluan berangkat.
Tak lupa pula pamit ke teman baru "Erna",
bye bye erna.... byee iboih...
Dipersimpangan jalan ada bunga kamboja tumbuh
berjejer sepanjang trotoar, ka Yuna minta difotoin. Pantang memang liat yang
indah dan cantek sikit pasti langsung minta foto. yaudah deh kita foto-foto
lagi. Saya mengingatkan waktu tidak banyak lagi, dan kita harus segera
sampai di pelabuhan. Oke, kita lanjutkan lagi perjalanan. Di jalan ada lagi pemandangan
bagus, tampak gunung di kelilingi laut, cuaanteek bana. Kali ini saya yang minta
berhenti. hehe ..
Tangan sudah gatal, ngak rela melewatkan begitu
saja pemandangan indah itu, terpaksa foto-foto lagi. Sisa waktu semakin
menipis.
Sesampai di Balohan pintu kapal sedang dibuka,
tapi apa iya sedang dibuka kadang pun sebaliknya. Dengan sepeda motor kami
mendekat ke pinggir pelabuhan melihat dari dekat, Luar biasa memang, #geleng-geleng
kepala. Seperti sedang berada dalam adegan film, seakan ada yang mengambil take
gambar action, kapal berangkat didepan mata, kami ditinggal pergi dan penumpang
di atas kapal melongo pandangannya ke arah kami antara ekpresi kasihan dan
ingin tertawa mungkin. haha :D
Jarak kapal dengan pelabuhan sedikit lagi, bila
coba melompat masih bisa dijangkau tuk naik ke atas kapal. Tapi itu di film, kalo pemainnya seorang pemuda tangguh yang pergi sendiri bukan naik motor. :D
“Dek.., dek..” terdengar
suara sepertinya panggilan itu ditujukan ke kami.
"Naik kesini aja dek, masih
muat ni." Ucap petugas kapal cepat. "Boleh masuk ni pak (kendaraan)?" tanyaku
"Oh ngak bisa dek, orang
aja ni yang bisa." Sahut si bapak. So saya harus ninggalin honda saya gitu disini pak?? Tak ku ucap cuma dihati
saja :)
“Oh hana pue pak, kamoe woe singgoeh manteng” (oh tidak
apa-apa pak, kami pulang besok saja) jawab ku dengan bahasa Aceh.
Tak kusangka terhadap
apa yang terjadi hari itu, cuma bisa senyum-senyum saja bersama ka Yuna di
mushalla Balohan. Suasana sepi balohan sama sepinya perasaan kami. Ketinggalan kapal ternyata tidak hanya kami yang alami, dua keluarga lagi juga mengalami hal serupa.
Baiklah karena sudah
begini, yah nikmati saja. Berhubung kemarin tidak habis semua lokasi kami
kunjungi, hari ini bisa dilanjutkan lagi. Mungkin ini jawaban untuk benar-benar
berlibur di pulau Sabang.
Setelah sarapan, kami
jalan-jalan ke kota dan berhentilah di Sabang Fair. Andaikan hari libur ka Yuna
di awal bulan sudah tentu kami bisa menyaksikan Sabang Sea Festival yang diselenggarakan
pada tanggal 9 sampai 10 juni 2012 lalu. Untuk pertama kalinya pulau Sabang
yang kaya dengan keindahan wisata lautnya, mengambil bagian dalam perayaan hari
laut sedunia melalui festival laut sabang (sabang sea festival). Sabang menjadi salah
satu tempat di indonesia bersama Bandung, Bali dan Manado yang akan merayakan
hari laut sedunia.
Lokasi foto di Sabang Fair |
Matahari tepat
bergantung diatas kepala. Azan zuhur
telah berkumandang, kami pun singgah ke sebuah Mesjid yang terletak di Kota Sabang yang juga merupakan mesjid
besar disana. Mesjid Agung Babussalam namanya, mesjid indah ini terletak di kota atas, bangunannya bergaya arstektur turki, itu menurut saya sih.
Ukiran lafadz ayat alquran terukir indah
dan rapi. Usai shalat kami menjajakan kaki pusat pertokoan. Banyak
pernak-pernik dan baju sabang terpajang di toko. Kami pun memilih 2
baju, satu berwarna pink dan satu lagi berwarna biru.
Bentuk Mesjid Agung Babussalam |
Sekedar informasi, ada dua sebutan untuk wilayah kota sabang, karena sabang merupakan kota kecil dan memiliki struktur tanah berbukit-bukit sehingga warga setempat menyebut kota Sabang dengan dua
nama yaitu kota bawah dan kota atas.
Setelah berkeliling
kami memutuskan untuk kembali ke Balohan, rencananya malam ini tidur di
mushalla. Biar berasa jalan-jalan, nekatkan diri sikit. Berdasarkan informasi yang kami terima, (ceilah seperti repoter saja), sebelumnya
juga pernah ada penumpang ketinggalan kapal seperti kami dan tidur dalam mushalla. Jadi tak apalah untuk semalam je. Sebenarnya ini juga terpaksa, mau gimana lagi nominal di saku tak memungkinkan untuk sewa kamar.
Malamnya kami duduk
makan di warung nasi sekitar balohan, usai makan kami masih duduk di meja makan
yang tersusun di luar warung. Ada dua orang wanita duduk disamping kanan meja
makan kami, wanita pertama kira-kira umurnya sekitar 45 tahun dan seorang lagi
ibu muda bersama seorang anak laki-laki yang masih kecil. Tingkah anaknya itu lucu
sekali, saya pun latah memanggilnya.. “adeeek.., sini dek”
Ntah bagaimana, kemudian
ibu paruh baya tadi bergabung duduk satu meja bersama kami. Cerita
punya cerita ternyata ibu tersebut orang sekampung. Beliau sudah lama menetap di sabang, karena sudah nyaman
dengan usaha berjualan nasi, beliau pun memilih
hidup di sabang. Bila hari raya dan acara besar lainnya barulah ia dan
keluarga pulang kekampung. Ia juga
bercerita ada banyak orang kampung tinggal disini. Yah itu memang bukan rahasia umum lagi. Kebanyakan orang Pidie memang merantau, bila kemana-mana pasti mudah
mendapati orang Pidie, terutama di pertokoan dan pasar. Coba aja tanya asal dari mana.. :D
Oke kita kembali ke judul cerita.
Karena sudah ditanyakan, kami pun menceritakan kejadian yang kami alami, termasuk rencana tidur di mushalla namun tidak jadi karena ada keluarga yang ketinggalan kapal pagi tadi menawarkan tempat tinggal di penginapannya. Rumahnya selang dua ruko dari warung nasi ibu. Mendengar hal itu, ibu tersebut menawarkan kami tidur di rukonya. Kebetulan ada kamar kosong diatas, biasanya dipakai pegawaiannya untuk istirahat, tapi sekarang ini mereka sering bergadang nonton bola dibawah.
Jadilah kami tidur
dikamar atas itu, kondisi kamarnya berbeda jauh dengan kamar sewa kami di
iboih. Beralaskan lantai karpet dan tidak memiliki pintu kamar. Tak apalah,
sudah ada tempat tidur malam ini saja sudah syukur sekali, meskipun tampak
ngeri-ngeri sedap. Pintu jendela kami biarkan terbuka agar angin bebas masuk
kedalam, cahaya lampu yang menyilaukan pun pada akhirnya kami padamkan. Suasana
malam ini tidak akan pernah terlupakan.
Akhirnya waktu pagi tiba,
kami pamitan kepada ibu yang sudah berbaik hati memberi tumpangan malam
itu. langit diluar masih gelap beliau sudah berada didapur bersama putrinya
memanaskan makanan. Terimakasih bu, ketika sudah begini rasanya bersyukur juga ketinggalan
kapal, jadinya bertemu banyak saudara di sabang.
Tidak seperti kemarin,
hari ini kami paling awal tiba di pelabuhan balohan. Tak lama cahayaa matahari
semakin terang, orang-orang pun mulai memadati pelabuhan. Kali ini saya berada
di deratan motor paling depan. Satu persatu kendaraan memasuki badan kapal,
kini giliran mio soul yang telah setia menemani perjalanan kami memasuki gerbang pintu kapal, hanya melalui gerbang inilah saya
bisa kembali ke rumah, bukan dengan pintu kemana saja.
Mengabadikan foto bersama saat perjalanan kembali ke Banda Aceh |
Alhamdulillah sekarang
kami berdiri diatas kapal, tidak lagi kejar-kejaran dengan waktu. Ketika
melihat kebawah saya ngebayangi posisi kami kemarin yang duduk diatas honda
menangah ke posisi kami sekarang. Sayangnya kami, namun drama itu kini telah
berakhir. 2 hari 2 malam di sabang telah
menyisakan banyak sekali kejadian seru dan hal-hal tak terduga yang saya alami
bersama ka Yuna. Ini pula perjalanan terakhir berlibur bersamanya sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan masa lajangnya.
Suasana penumpang duduk di lantai atas kapal |
Begitulah cerita saya berkelana di pulau sabang bersama sang kakak, jangan khawatir bila mengalami hal serupa seperti yang kami alami. Berinteraksi dengan masyarakat setempat akan memberikan pengalaman yang berkesan dan menambah saudara baru. Sampai jumpa lagi sabang ~,~