Bireuen, kota ini ternyata punya
sejuta cerita dan sejarah yang patut diketahui. Siapa sangka, kota yang
memiliki luas 1,899 km² ini dulunya pernah menjadi ibukota Indonesia ketiga
dalam upaya mempertahankan Republik Indonesia dari penjajah. Tepat 25 September
1945, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia dalam kondisi terancam akibat agresi
militer l yang dilancarkan kompeni dan sekutunya
untuk menjajah kembali Indonesia.
Meski sudah diproklamasikan,
Belanda tetap saja kekeh tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Pertahanan
negara terus diserang hingga menewaskan 8.000 rakyat tak berdosa. Jakarta saat
itu dalam kondisi genting dan tidak memungkinkan ntuk menangani urusan
kenegaraan. Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX menawarkan kepada
presiden Soerkarno untuk memindahkan ibukota negara ke wilayahnya. Presiden dan
Wakil Presiden pertama RI kemudian menyetujui tawaran Sri Sultan, selain karena
letak Yogyakarta yang dibentengi pegunungan, armada perang RI paling kuat juga
berada di Kota Gudeg ini. Ditambah lagi Yogya juga memiliki pangkalan udara
Maguwo (kini dikenal dengan Bandara Adisutjipto) dan juga media komunikasi
seperti surat kabar dan radio.
Maka, 4 Januari 1946 Ibukota RI
resmi pindah ke Yogyakarta. Namun perpindahan tersebut tidak mampu bertahan
lama, tahun 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer ll ke Yogyakarta. Yogya pun
berhasil dikuasai para penjajah.
Demi menyelamatkan bangsa ini
presiden pun memilih mengasingkan diri ke Aceh. Saat itu Bireuen merupakan pusat
kemiliteran Aceh, status daerah ini diyakini paling aman dan strategis untuk
mengatur strategi militer melawan serangan musuh. Soekarno hijrah ke Bireuen
dengan menumpang pesawat udara Dakota hingga mendarat di lapangan terbang sipil
Cot Gapu pada Juni 1948.
Jadilah 18 Juni 1948, Bireuen
sebagai Ibukota Indonesia dimana Presiden Soekarno-Hatta mengendalikan RI dalam
keadaan darurat. Atas dasar itu pula Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang. Meski
hanya seminggu bukan berarti peristiwa tersebut dilupakan begitu saja,
perjalanan sejarah tetaplah meninggalkan jejak.
Asal Usul Nama Bireuen
Beragam asal usul nama Bireuen memang
pernah diungkapkan oleh berbagai tokoh. Namun, Tgk. Sarong yang pernah menjadi
komandan pertempuran Medan Area tahun 1946, yang saat itu diberi gelar Kowera
(Komandan Perang Medan Area) sebagaimana ditulis di Narit yang dipost ulang di
seputaraceh.com mengungkapkan, Bireuen itu berasal dari Bahasa Arab yaitu asal
katanya Birrun, artinya kebajikan, dan yang memberikan nama itu juga orang Arab
pada saat Belanda masih berada di Aceh.
Kala itu, orang Arab yang berada di
Aceh mengadakan kenduri di Meuligoe Bupati sekarang. Saat itu, orang Arab
pindahan dari Desa Pante Gajah, Peusangan, lalu mereka mengadakan kenduri.
Kenduri itu merupakan kebajikan saat menjamu pasukan Belanda. Orang Arab
menyebut kenduri itu Birrun. Sejak saat itulah nama Bireuen mulai dikenal.
Sebelum Bireuen jadi nama Kota
Bireuen yang sekarang ini, dulu namanya Cot Hagu. Setelah peristiwa itulah,
nama Cot Hagu menjadi nama Bireuen. Wallahua’lam bissawab
Sumber :
http://liza-fathia.com/bireuen-kota-juang-yang-menjadi-ibu-kota-ri-selama-seminggu/
Selengkapnya
:
http://www.kompasiana.com/ruslan./bireuen-ibukota-ketiga-republik-indonesia-1948_54f79ceaa33311df1d8b457e
blognya keceee.. suka suka.. informasinya tentang aceh banyak pula :D
ReplyDeletemakasih ramhmanovic :), sering2 mampir yaa
ReplyDeleteAh semoga suatu saat bisa ke bireun
ReplyDeleteiyaa ayoe ke Bireun mas Toro,, semoga cepat terwujud
Deleteiya Arief, informasi seperti ini emang jarang kita jumpai dibuku2
ReplyDeletenumpang lewat boss...
ReplyDelete