Nabi sulaiman adalah putra Nabi Dawud
As, raja kedua Bani Israil setelah thalut. Nabi dawud meraih popularitas dan
pengakuan Bani Israil karena keberhasilannya membunuh Jalut, raja bangsa
filistin yang zalim dan telah lama menjajah Bani Israil dalam waktu yang sangat
lama. Kerajaannya terletak di kota Yerussalem, palestina. Dawud berhasil
membangun kerajaan yang besar dan makmur, dan mewariskannya kepada putranya
yang juga dipilih oleh Allah menjadi nabi-Nya.
Suatu hari Allah mengujinya, sulaiman
menguasai kerajaannya lewat sebuah cicin, ketika dia kehilangan cincin itu,
singgasananya ditempati oleh setan yang berubah wujud menyerupainya. Dia sempat
kehilanganya kerajaan itu selama empat puluh hari dan berusah untuk menemukan
kembali cincinnya yang hilang.
Cincinnya dibuang ke laut oleh setan
tersebut. Ada beberapa versi yang menyebut nama setan tersebut, shakhra, Ashir,
Ashif, ada juga yang menyebutnya Hubqiq.
Sulaiman selalu melepas cincinya
ketika dia akan masuk ke kamar kecil atau ketika akan berhubungan intim dengan
istrinya. Saat dia melepas cincin itulah, setan mengambilnya. Sulaiman
mendapatkan cincinya kembali setelah membeli seekor ikan di tepi laut. Setelah
membelah perut ikan itu, sulaiman menemukan cincinnya. Saat dia kembali ke
kerajaannya, pepohonan, angin, dan hewan semua bersimpuh memberi penghormatan
kepadanya.
Dia pun berdoa, sebagaimana
disebutkan pada ayat yang artinya “Wahai Rabbku, ampunilah segala dosa yang
terjadi antara aku dan Engkau. Anugerahi aku kerajaan yang tidak akan direbut
oleh siapa pun setelah ini,”
Sulaiman adalah seorang raja yang
bijaksana. Dia menggunakan kekuasaannya untuk mengajak manusia beriman kepada
Allah. Salah satu kerjaan besar pada masa itu yang berhasil di ajak beriman
kepada Allah adalah kerajaan Saba. Kisahnya cukup rinci diceritakan dalam
beberapa ayat al-quran.
Sulaiman memiliki bala tentara tidak
hanya dari jenis manusia, tetapi juga jin dan makhluk yang lain. Di dalam
al-quran , kisah kematian sulaiman, Allah jadikan bukti bahwa jin dan setan
sama sekali tidak mengetahui tentang perkara gaib. Sulaiman berdiri dengan
tongkatnya untuk mengawasi pembangunan Baitul Maqdis. Tidak ada yang mengetahui
kematiannya, bahkan setan sekalipun. Andai saja rayap tidak memakan tongkatnya,
tidak ada yang mengetahui bahwa Sulaiman telah meninggal. “Maka ketika kami
telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada
mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia
telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib
itu tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan,” (QS, Saba’ 34:14).
Kerajaan sulaiman diwariskan dari
ayahnya, Nabi Dawud, merupakan contoh bagi manusia, bahwa kerajaan yang
dibangun dan dimiliki oleh seorang nabi pun tidak kekal. Semua mengikuti
ketentuan yang Allah tetapkan di alam semesta. Kejayaan dan kejatuhan akan
selalu bergilir antara bangsa-bangsa di dunia. Tidak ada kejayaan yang kekal,
dan tidak ada kemunduran yang tidak bisa dipulihkan. Yang kekal dan abadi hanya
kerajaan Allah.
No comments:
Post a Comment